
Ganguan Pendengaran tertunda terjadi pada Bayi Prematur, Studi terbaru mengonfirmasi bahwa prematuritas ekstrim merupakan faktor resiko timbulnya gangguan pendengaran permanen, dan gangguan pendengaran ini sering kali timbulnya tertunda, serta bersifat progresif. Juga dilaporkan bahwa penggunaan suplemen oksigen berkepanjangan merupakan predictor kunci untuk timbulnya gangguan pendengaran permanen, terutama gangguan pendengaran berat.
Dr. Charlene M T. Robertson dari University of Edmonton, Alberta Kanada meneliti 1.279 bati premature ekstrim (usia kehamilan 28 minggu atau kurang, dan berat bada kurang dari 1.250g) pada tahun 1974 – 2003. Gangguan pendengaran permanen terjadi pada 40 anak (3,1%) pada usia 3 tahun. Sebanyak 24 anak (1,9%) menderita gangguan pendengaran berat yaitu ambang pendengaran lebih dari 70db.
Dari anak-anak dengan gangguan pendengaran permanen tersebut, sebanyak 4 anak (10%) mengalami gangguan pendengaran tertunda dan 11 anak (28%) mempunyai gangguan pendengaran progresif. Seorang anak mengalami neuropati pendengaran dan 29 anak (73%) mengalami kelainan multiple.
Melalui analisis multivariat, ditemukan bahwa penggunaan oksigen berkepanjangan, operasi gastrointestinal, ligasi patent ductus arteriosus dan indeks sosioekonomi rendah, merupakan predictor timbulnya gangguan pendengaran permanen. Dari factor-faktor tersebut, penggunaan oksigen merupakan prediktor terkuat, dan meningkatkan resiko sebesar 4,61 kali lipat (p<0,001).
Dengan adanya prematuritas ekstrim, gangguan pendengaran permanen merupakan komplikasi mayor yang sering timbul bersama kelainan mayor lainya. Karena itu, diperlukan segera studi untuk mencegah timbulnya gangguan pendengaran permanen.
Medical Update Magazine June 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar