Sabtu, 21 Juli 2012

Deteksi Penyebaran Kanker Nasofaring.

Timbulnya ekspresi gen BRLF1 virus Epstein-Barr pada tumor nasofaring menjadi penanda terjadinya metastasis alias penyebaran kanker ke organ lain.

Demikian hasil penelitian Daniel Joko Wahyono untuk disertasinya, “Ekspresi Relatif Gen BRLF1 Epstein-Barr Virus (EBV) sebagai petanda progresivitas tumor karsinoma nasofaring (KNF). Hubungannya dengan polimorfisme gen reseptor sel Tß (TCRß) dan polimorfisme gen reseptor sel T? (TCR?) pejamu”.

Pemeriksaan biomolekuler dilakukan Daniel secara in vivo menggunakan contoh klinis pasien kanker. Sebelumnya, tahun 2008 para peneliti Universitas Toronto Kanada melakukan penelitian serupa tetpai secara in vitro menggunakan kultur.

Menurut Daniel, kasus kanker nasofaring (bagian teratas tekak dibelakang rongga hidung) tertinggi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dengan angka kejadian 6.2 per 100,000 pensusuk pertahun. “Pada umumnya, kasus kanker ini ditemukan pada populasi etnis China dan Melayu”, katanya.


Daniel menyebutkan, ada tiga penyebab terjadinya kanker nasofaring, yaitu faktor genetika, infeksi virus Epstein-Barr (EBV) dan faktor lingkungan. Kebiasaan mengkonsumsi ikan asin juga berkontribusi pada munculnya kanker nasofaring. Pengasinan protein dari ikan menimbulkan residu senyawa karsinogen.

Menurut Daniel, fasilitas laboratorium biomolekuler di Indonesia sudah mampu melakukan uji analisis terhadap aktivitas dan perkembangan kanker nasofaring. Pada infeksi EBV, pemeriksaan jaringan tumor dapat memantau ekspresi gen BRLF1 EBV yang manandakan penyebaran kanker nasofaring ke organ lain, seperti kelenjar getah bening, hati, saraf, paru hingga otak.
Jika aktivitas EBV tak terdeteksi, diperkirakan belum terjadi penjalaran sel kanker ke organ lain.

Kompas 21 July 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar